Berawal dari
sebuah bulan bernama Febuari dimana, seorang gadis kecil yang polos baru
menemukan cinta pertamanya. Awalnya ia merasa beruntung karena,
akhirnya menemukan seseorang yang “benar” dari sekian ratus siswa
sekolahnya.
Lalu,
hari-harinya mulai terbayangi mimpi bahwa suatu hari laki-laki itu akan
datang dan berkata ia pun memiliki rasa yang sama seperti dirinya.
Seperti punuk merindukan bulan.
Tapi, jauh
didalam hatinya ia takut apabila laki-laki itu tahu perasaannya.
Perasaan aneh, yang tidak ada orang yang merasakan hal yang sama.
Ia tidak dapat
membayangkan apa respon dari orang tersebut. Apakah setelah tahu, ia
akan menghindarinya? Apakah ia akan takut, marah atau sebal karena
seseorang yang belum-sama-sekali-ia-kenal menyukainya atau bahkan dingin
atau..atau..
Jutaan “atau” sedang bersarang di hatinya. Ia memutuskan untuk diam dan tetap mengawasinya dari kejauhan.
Beberapa
temannya yang mengetahuinya menertawakan, menganggapnya aneh atau
kadang-kadang berkometar, kalau ia bahkan untuk kenal saja tidak
mungkin. Lagi-lagi gadis itu diam saja. Ia memutuskan untuk menunggu.
Menunggu cinta
pertamanya. Cinta yang bersemi kala upacara bendera. Saat laki-laki itu
memberi tatapan tajam yang selalu melekat dalam pikirannya.
-berlanjut-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar